CINTA
TERSENGAJA
Fiktif by Runaway
Anugerah yang terindah dari yang kuasa, CINTA.
Beragam arti dari sebuah kata cinta, masing-masing kita mengungkapkan dengasn cara yang berbeda. Begitu juga aku. Aku
mengungkapkan cinta dengan diam, cinta bagiku memiliki arti luas, cinta adalah
sebuah bukti perasaan yang dapat diungkapkan dengan senyum, melihat orang yang
kita sayang bahagia di depan mata kita itu adalah cinta, meski terkadang kita
merasa nyesek didada. #Sakit. Setiap kita pernah merasakannya, kehilangannya, bahkan sering move on dari cinta. Namun aku,
berkali-kali move on namun masih saja berharap kepada yang pertama,
meski ku tahu aku tidak ada lagi peluang dan dia sudah bahagia dengan cintanya.
Ya, cinta masa Sekolah Dasar konon, cinta kanak-kanak yang saat itu arus
globalisasi meraja lela hingga kanak-kanak seperti kita terkena virusnya.
Meskipun tidak pernah bersama, dan waktu itu hanya jadi bahan olokan
teman-teman lain untuk menyakiti hatiku.
Waktu itu masih usia 10,
dia megungkapkan cinta kepadaku di depan teman-teman nya, dan mulai saat itu
aku menjadi bahan olokan teman-teman nya, bahkan ibu-ibu dan remaja lain di
sekitar sekolah, setiap saat, membuatku malu, dan berakhir setelah kita lulus
dan melanjutkan ke sekolah yang berbeda. Sepuluh tahun, kita tidak pernah
bertemu. Tidak mendengar kabar, tidak saling melihat. Selang waktu itu
menumbuhkan rindu, dan ingin mendapatkan keajaiban kita bisa bertemu walau
tidak sengaja. Namun tidak. Entah apa itu cinta atau hanya permainan hati. Mencoba
membuka hati untuk yang lain, dan aku mendapatkan balasan dari mereka, tapi
tidak seperti perasaanku kepadanya. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk
mengunci hati kepada setiap yang datang mengetuk, bahkan kepada seseorang yang
pernah mengetuk beberapa kali, namun tak pernah terbuka dengan ikhlas.
“Salahkah aku?”
Jomblo kronis, status yang
aku buat sendiri untuk membahagiakan hatiku. Menemaniku kemanapun aku pergi,
traveler. Namun, sakitnya jomblo ketika aku mulai lelah, semua kenangan kita
terlintas begitu saja, canda, tawa, marah, aku tidak pernah marah kepadanya,
namun itu hanya ungkapan mulut saja, sampai saat ini aku belum pernah menikmati
bagaimana rasanya marah kepada seseorang. Karena aku benci melihat orang marah,
dan aku tidak mau dimarahi, dan aku tidak mau marah. Aku tidak pernah tahu
kabar nya, yang ku tahu dari teman kita yang lain bahwa dia bahagia dengan
cintanya sekarang. Hal aneh yang aku tahu darinya, sampai sekaran dia masih
menikmati sifatnya yang dulu, konyol, membuat lelucon konyol untuk
membahagiakan orang yang di dekatnya. Aneh, tapi aku suka, karena itu
membuktikan dia bersosialisasi dengan baik dengan orang di sekitarnya
Yang tak pernah ku lupa
satu hal yang ku kagumi darinya, yaitu IMAN nya, dia rajin beribadah, yang
waktu itu membuat aku iri karena aku tidak seperti itu. Oleh imannya itu
membuat aku terus berlomba-lomba dengannya untuk menjadi juara kelas, bahkan
saat ujian menjadi ketat, bahkan mengganggu satu sama lain. Hal teraneh yang
pernah menyadarkanku akan cintaku adalah ketika geng cewek kelas kami berkumpul
membuat tugas sekolah di rumah temanku, Puput. Geng cowok datang bersamanya
mengganggu kami hingga pulang, dan tragedi aneh terjadi, saat teman-teman geng
cewek bersahutan kekesalan kepada geng cowok, temanya adalah membantu si Dia
untuk mengungkapkan lagi perasaannya kepadaku untuk ke berapa kalinya, sempat
terfikir olehku untuk membalasnya, namun, salah satu dari teman cewekku, Lula,
melempar sebuah kalimat, yang membuat aku kagum dan terkejut saat itu di tengah
riuhnya pertenngkaran antar geng.
“Aditya, sebenarnya aku suka padamu.”
Dia sepupuku. Aku yang
dari awal diam pun, segera menarik teman-teman untuk segera pulang. Aku tidak
tahu apakah aditya mendengar apa yang di ungkapkan sepupuku kepadanya atau
tidak, yang jelas hari itu juga, aku memutuskan untuk menghilangkan perasaanku
kepadanya. Memendam cinta adalah pilihanku. Aditya, si Dia yang pernah hadir
dalam memori ku, yang enam bulan terkhir menghubungiku untuk say hallo, how are you my old classmate.
Terharu, saat tengah malam itu dia menelepon aku dari nomor telepon yang aku
bagikan di pesan facebook nya. Dia bercerita kisah silamnya, kisah-kisah paling
indah dan haru yang dia alami bersama cintanya pada tahun 2015 lalu. Dia juga
bercerita tentang keluarganya. Merasa spesial dimalam itu, banyak canda dan
tawa yang menghempaskan hati, karena banyak harapan yang dilontarkan, tapi itu
hanya candaan semata. Aku pun mengartikan begitu, karena tidak ingin
kalau-kalau nantinya aku hanya mendapatkan mimpi semata. Begitu caraku mengunci
hati. Bahkan untuk dia semula. Memang benar adanya, kerena hanya beberapa
komunikasi yang terjalin, dan kita pun saling diam lagi, tidak ada lagi balasan
komunikasi, asik dengan kesibukan masing-masing, ya, karena kita kan berjauhan
dan tidak pernah saling berhadapan, hanya dunia maya beberapa lemparan
komunikasi, dan hingga saat ini pun tidak pernah lagi berkomunkasi. Satu lagi
caraku mengunci hati, aku tidak mau memulai dan aku hanya mau membalas, bahkan
kadang membalaspun dengan kalimat yang di batasi.
Penguncian hati berhasil
ketika aku bercerita tentangnya kepada tanteku yang paling aku cinta, mengenai
kisah komunikasi yang terjalin dimalam itu, dan tanteku memberikan beberapa
nasehat. Agar aku melupakannya dan menghapusnya dari harapan. Dengan kata penutup
yang luar biasa, andai dia mendengarnya, ku harap kata itu menjadi motivasi
untuknya. Dan jika ada harapan dia bisa bangkit dari keterpurukannya saat ini
dan menemukan wanita sholeha seperti yang dia impikan. Aku pun membuang
perasaanku dan membuka hati kepada siapa saja yang datang esok hari. Tidak
ingin lagi terkunci dalam cinta yang tak pernah wujud ini.
Aktivis Dakwah Kampus
(ADK), tempatku memulai cinta yang indah. Bagi ku menemukan kata move on, bersama teman-teman dan senior
di kampus, aku bergabung dengan forum kajian islam kampus, mengisi waktu
luangku dengan berbagi dan menambah ilmu menjadi mahasiswa rabbani, mahasiswa
yang memiliki jati diri yang teguh. Ya, menemukan cinta yang haqiqi, cinta
Rabbi, lebih indah dan penuh balasan serta harapan, dengan sebuah janji dan
harapan mulia, bahwa kita sudah memiliki titipan cinta dari Allah, cinta yang
akan membawa kita bahagia di dunia dan akhirat, cinta yang berlandaskan cinta
sang maha cinta Rabbi, Allah SWT. Harapan itu membawaku kepada keindahan cinta.
“..... dan wanita-wanita yang baik
adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk
wanita-wanita yang baik (pula).... “ (QS. An-nur [24]
: 26)
Dalam dakwah ini aku
menemukan dunia baru, lebih berwarna dari sebelumnya dan lebih segar seperti
pucuk daun yang terkena embun pagi. Aku dapat teman-teman yang begitu
mencintaiku, tempatku berbalas kasih dan indah saat tersenyum bersama mereka.
Kami adalah satu kumpulan sahabat, ya, kita namakan nama grupnya adalah
sahabat. Yang cita-citanya kita akan berteman hingga ke akhirat, kita akan
saling mencari jika seandainya di surga nanti salah satu dari kita tidak ada
bersama kita, akan menjemput jika kita berda di neraka. Begitu indah impiannya. Melupakan sejenak kisahku
bersama Aditya. Bersama kami menjadi Sahabat traveler, setiap terasa suntuk
dengan kuliah-organisasi dikampus, kita akan menyewa mobil dan pergi traveler
seharian, kadang kita juga traveler sambil berkunjung ke rumah salah satu
sahabat kita. Manis melepas rindu kepada keluarga meski bukan keluarga kita,
namun keluarga sahabat rasanya sudah tidak bisa di batasi lagi, kami adalah
keluarga sahabat.
Sahabat senantiasa membatasi diri dengan cinta
yang salah, maksudnya cinta yang akan membuat kita sakit dan tanpa harapan.
Sahabat menjadi penguat ketika terlintas lagi bayangan akan cinta masa laluku.
Cinta yang tak pernah wujud, terpendam, dan tanpa harapan. Kini kita sudah
tahun akhir, satu persatu dari kita sudah menyelesaikan perkuliahan, begitu
juga aku, yang akan wisuda sarjana 2017 ini. Entah adakah akhir dari
persahabatan kita atau tidak, aku pun meragukannya. Karena, setelah kita
berpisah kita akan menapaki jalan masing-masing ke daerah yang berbeda, mungkin
kita menjadi sahabat jarak jauh, dan hanya dunia maya tempat kita berkhayal
dalam bertemu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar