Sabtu, 30 April 2016

Efektifitas Bawang Putih sebagai Anti Mikroba



REVISI MAKALAH
MATA KULIAH TOKSIKOLOGI PAKAN
             Efektifitas Bawang Putih sebagai Anti Mikrobial       


Kelompok III
1.   YaniFitriDewi               6. Rahmi Amelia
2.   Yulia Angraini              7. Putri Gatot Fernando
3.   Budi Yulianto               8. Andre
4.   Mutia                            9. WeriNovita
5.   Ade Mercylahi Putra   
Dosen Pengampu : Dr. Ir. Yuliaty Shafan Nur, MS



FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG,2015
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia Nya, sehingga kami telah diperkenankan menyelesaikan Tugas Kuliah Toksikologi Pakan dengan Makalah tentang Efektifitas Bawang Putih sebagai Anti Mikrobial. Makalah ini merupakan salah satu tugas matakuliah toksikologi pakan yang akan di gunakan sebagai bahan diskusi di kelas.
Ucapan terimakasih di tujukan kepada ibu Dr. Ir. Yuliaty Shafan Nur, MS sebagai dosen pengampu mata kuliah toksikologi pakan yang telah memberikan arahan sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini. Seterusnya kepada teman-teman kelompok tiga atas kerjasama dan waktunya serta ide-idenya dalam menyelesaikan tugas ini.
            Semoga makalah ini dapat menjadi refence dalam diskusi di kelas nanti, maupun selanjutnya.

                                                                                                Padang, 28 April 2016
                                                                                                             Kelompok 3






DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
1.2  RUMUSAN MASALAH
1.3  MANFAAT
II. PEMBAHASAN
2.1 BAWANG PUTIH
2.2 MIKROBIOLOGI
2.3 ANTIMIKROBIAL
2.4 EFEKTIFITAS B.PUTIH SEBAGAI ANTIMIKROBIAL
BAB III. PENUTUP
3.1  KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA








I.             PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Sepanjang sejarah, banyak budaya yang berbeda telah mengakui potensi penggunaan bawang putih untuk pencegahan dan pengobatan penyakit yang berbeda. senyawa yang berbeda dalam bawang putih diduga mengurangi risiko penyakit kardiovaskular, memiliki anti-tumor dan efek anti-mikroba, dan menunjukkan manfaat pada konsentrasi glukosa darah tinggi.
Mikrobiolog iadalah suatu bidang ilmu yang mempelajari organisme (makhluk) kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang dan hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Organisme kecil itu disebut dengan mikro organisma, mikroorganisme, mikroba, microbe, protista atau jasad renik Pada umumnya diambil ketentuan, bahwa semua makhluk hidup yang berukuran beberapa micron atau lebih kecil lagi disebut mikroba (Waluyo, 2004).
Dalam upaya penghambatan, pertumbuhan mikroorganisme  utamanya bakteri Escherichia coli dan Salmonella typii, maka kita dapat menggunakan bahan alami yang sifatnya dapat menghambat pertumbuhan bakteri, bahan itu di antaranya adalah bawang putih (Allium sativum). Dalam makalah ini, kita dapat mengetahui bagaimana bawang putih dapat menghambat pertumbuhan mikroba dan bagaimana efeknya sebagai antimikroba.
1.2  RumusanMasalah
Bagaimana efektifitas bawang putih (Allium sativum) sebagai anti – mikroba?
1.3  Manfaat
Dapat mengetahui efektifitas bawang putih (Allium sativum) sebagai anti – mikroba.


II. PEMBAHASAN
2.1 BawangPutih               
Gambar 1. Bawang Putih (Allium sativumL.)
A.Klasifikasi Bawang Putih
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Liliales
Suku : Liliaceae
Marga : Allium
Jenis : Allium sativumL.
B.Ciri-ciri Bawang Putih :
Habitus            : Herba annual (2-4 bulan), tegak, 30 – 60 cm.
Batang             : kecil (corpus), 0,5 – 1 cm.
Daun               : bangun garis, kompak, datar, lebar 0,4 – 1,2 cm, pangkal pelepah membentuk umbi, bulat telur melebar, anak umbi, bersudut, dibungkus oleh selaput putih, pelepah bagian atas membentuk batang semu.
Bunga              : susunan majemuk payung sederhana, muncul disetiap anak umbi, 1-3 daun pelindung, seperti selaput.
Tenda bunga   : enam daun, bebas atau berlekatan di pangkal, bentuk memanjang, meruncing, putih-putih kehijauan-ungu (Sudarsono et al., 2006).
Umbi lapis Allium sativumL. berupa umbi majemuk berbentuk hampir bundar, garis tengahnya 4 – 6 cm terdiri dari 8 – 20 siung seluruhnya diliputi 3 – 5 selaput tipis serupa kertas berwarna agak putih, tiap siung diselubungi oleh 2 selaput serupa kertas, selaput luar warna agak putih dan agak longgar, selaput dalam warna merah muda dan melekat pada bagian padat dari siung tetapi mudah dikupas; siung bentuk membulat dibagian punggung, bidang samping rata atau agak bersudut.
2.1.1 Penjelasan Bawang Putih
Bawang putih (Allium sativum) merupakan tanaman umbi yang termasuk ke dalam keluarga Amaryllidaceae.(Farrel,1985) Bawang putih yang ada di Indonesia berasal dari daerah Kirgiztan, Asia Barat yang kemudian tumbuh menyebar ke Mesir, Perancis bagian Selatan, Italia dan Sisilia.
Bawang putih memiliki beberapa jenis diantaranya adalah bawang putih varietas putih, merah muda dan kuning.Menurut Reynold (1982) untuk tujuan pengekstrakan, bawang putih varietas putih lebih banyak digunakan. Struktur morfologi bawang putih terdiri dari akar, batang semu, tangkai, dan bunga pendek (Farrel,1985). Umbi bawang putih tersusun dari beberapa siung yang dibungkus dengan kulit putih tipis.Umbi tersebut merupakan batang semu dan berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan.
Bawang putih sudah dikenal manusia sejak 4000 tahun lebih.Dalam sebuah papyrus bertarikh 1500 SM ditemukan catatan bahwa orang Mesir percaya ada 22 khasiat bawang putih untuk mengobati penyakit.Tidak heran jika bawang putih ditemukan di dalam makam Raja Tutankhamun dari Mesir dan dikonsumsi para pembangun piramid untuk meningkatkan stamina dan mencegah penyakit.Di masa lalu, orang Yunani dan Romawi menggunakan bawang putih untuk mengobati lepra dan asma, serta menghalau kalajengking. Sedangkan di dalam resep makanan Libanon, bawang putih sejak dulu digunakan sebagai resep untuk diet (Winarno 2006)
Walaupun bawang putih mempunyai bau yang khas sehingga kurang disukai sebagian orang, bawang putih banyak manfaatnya bagi manusia diantaranya berkhasiat sebagai penurun kadar kolesterol karena mengandung zat ajoene, (senyawa yang bersifat antikolesterol dan membantu mencegah penggumpalan darah), membantu menghindari kanker seperti dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan oleh University of Minnesota. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa risiko terkena kanker di usia tua berkurang sebanyak 50% bila mengkonsumsi bawang putih secara rutin. Selain itu bawang putih dapat menyembuhkan penyakit tekanan darah tinggi dan stroke karena mengandung Alisin yang mencegah akumulasi plak pada dinding arteri, meringankan tukak lambung, meningkatkan insulin darah bagi penderita diabetes, melumpuhkan radikal bebas yang mengganggu sistem kekebalan tubuh, serta bermanfaat sebagai penawar racun (detoxifier) yang melindungi tubuh dari berbagai macam penyakit. Pada tahun 1858 Louis Pasteur menemukan bahwa bawang putih juga berfungsi sebagai pembunuh bakteri. Selama Perang Dunia II, bawang putih sering dipakai sebagai desinfektan untuk membersihkan luka terbuka, serta mencegah gangrene pada saat tidak ada antibiotik (Winarno 2006).
2.1.2 Kandungan zat pada bawang putih
Bawang putih sebagian besar terdiri dari air (56-68%) dan karbohidrat (26-30%). Komponen yang paling signifikan secara medis, adalah kandungan senyawa organosulfur (11-35 mg/g fresh garlic). Bawang putih juga banyak mengandung senyawa sulfur seperti penicilin dan prebucol.
Menurut Reynold (1982) dari bawang putih dapat diekstrak menjadi air, protein, lemak, karbohidrat, vitamin B komplek, vitamin C, mineral kalsium (Ca), fosfor (P), magnesium (Mg) dan kalium (K), serta zat-zat aktif yang meliputi:
  1. allicin (thiopropen sulfinic acid allyl ester) yaitu senyawa yang dapat menurunkan kadar kolesterol darah serta bersifat antibakteri,
  2. skordinin yang memberi bau yang tidak sedap pada bawang putih, tetapi senyawa ini berkhasiat sebagai antiseptik,
  3. alliil (propenylalanina) yang memberi bau khas pada bawang putih dan juga berfungsi sebagai antiseptik dan anti oksidan,
  4. saponin yang dapat menyebabkan sel-sel cacing menjadi terhidrolisis,dan bersifat antibakteri,
  5. diallyl sulfida dan prophyl allyl sulfida yang bersifat trombolik dan penghancur gumpalan darah. Senyawa ini juga diduga bersifat antelmintika, dan
  6. methilalil trisulfida yang dapat mencegah terjadinya perlengketan sel darah merah
2.1.3 Bawang Putih Sebagai antimikroba
Zat antibakteri sangat banyak jenisnya, dapat berasal dari alam atau bisa dibuat oleh manusia. Yang paling banyak didapatkan adalah yang berasal dari alam. Salah satu tanaman yang mengandung zat anti bakteri adalah bawang putih (Allium sativum).
Bawang putih merupakan salah satu bahan alami yang bersifat menghambat bakteri. Bawang putih memiliki banyak manfaat antara lain anti bakteri (membunuh bakteri E. coli, P. mirabilis, S. thypii,V. cholerae), anti jamur (menghambat pertumbuhan Candida albicans, Microsporum, Cryptococus neoformans (Handayani,   ). Bawang putih mampu membunuh mikroba penyebab tuberkulose, dipteri, typhoid, disentri dan gonorhoe (Calvallito, dalam Syamsudin, 1994). Selain itu bawang putih dapat menyembuhkan berbagai penyakit antara lain hipertensi, sakit kepala, flu, disentri, batuk, bisul yang baru tumbuh, luka akibat terkena benda tajam berkarat, cacingan, nyeri haid, migraine, perut kembung, cholera, maag, asma, masuk angin, ambeien, lemah syahwat, digigit serangga beracun dan mempunyai kemampuan menurunkan kadar kolesterol (Anonim, 2006).
Bawang putih mengandung minyak atsiri, yang bersifat antibakteri dan antiseptik (Anonim, 2006). Bawang putih menghasilkan bau khas yang tidak sedap. Jenis senyawa yang menentukan bau khas bawang putih yaitu allisin yang mempunyai daya antibakteri yang kuat (Wibowo, 2006). Bawang putih dapat beraksi sebagai antibakteri dan antiviral karena bawang putih mengandung ekstrak sulphur yang memberi nilai lebih dalam kesehatan (Suririnah, 2005).
Adapun kandungan zat dalam bawang putih menurut  Ismail (2002) adalah: protein 49%, minyak yang mengandung karbohidrat 25%, lemak 22%, garam 47%, dan air 6%.
2.1.4 Aplikasi Bawang Putih Sebagai Antibiotik Alami dalam  Mengobati Diare pada Ayam Peternakan
Berdasarkan kandungan yang berada dalam bawang putih, baik sebagai anti bakteri, antiseptik terhadap luka khususnya peradangan pada usus sangat cocok diberikan pada ayam yang mengalami diare sebagai antibiotik alami.
Dengan pemberian bawang putih, populasi bakteri ataupun cacing dapat berkurang. Hal ini terbukti pada penelitian Damayanti (1994) yang menggunakan simplicia (jus bawang putih) bawang putih sebagai obat cacing, yaitu dengan melakukan pengujian in vitro pada cacing Asacaridia galli dengan dosis 64 % yang dapat membunuh cacing Ascaridia galli dengan kondisi tubuh cacing menjadi transparan. Kandungan saponin dalam bubuk bawang putih diduga dapat menyebabkan sel-sel cacing menjadi terhidrolisis sehingga cacing mati dan tubuh cacing terlihat transparan.
Mekanisme antiparasit bawang putih pada ayam yang diare karena cacing diawali oleh allicin yang dapat menembus dinding sel cacing yang tersusun dari fosfolipid. Setelah menembus dinding sel, gugus thiol, dalam hal ini diallyl sulfida, bereaksi dengan enzim-enzim yang mengandung sulfuhydril yang menyusun membran sel yang menyebabkan struktur dinding sel cacing akan rusak dan lisis.
Sama halnya pada ayam yang diare karena bakteri, allicin pada bawang putih bekerja dengan cara menghancurkan kelompok Sulfhidril dan disulfida yang terikat pada protein dan merupakan enzim penting untuk metabolisme sel bakteri serta merupakan gugus yang penting untuk proliferasi bakteri atau sebagai stimulator spesifik untuk multiplikasi sel bakteri. Dengan adanya allicin inilah maka pertumbuhan bakteri dapat dihambat dan proses selanjutnya mengakibatkan terjadinya kematian bakteri Salmonella pullorum atau sejenisnya.  Saponin yang terkandung pada bawang putih juga bersifat antibakteri dengan meningkatkan permeabilitas membran sel bakteri sehingga dapat mengubah struktur dan fungsi membran, menyebabkan denaturasi protein membran sehingga membran sel bakteri akan rusak dan lisis.
2.2 Mikrobiologi
Mikrobiologi adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari organisme (makhluk) kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang dan hanya dapat dilihat dengan mikroskop.  Organisme kecil itu disebut dengan mikroorganisma, mikroorganisme, mikroba, microbe, protista atau jasad renik. Pada umumnya diambil ketentuan, bahwa semua makhluk hidup yang berukuran beberapa micron atau lebih kecil lagi disebut mikroba (Waluyo, 2004).
Dunia mikroba terdiri dari berbagai kelompok jasad renik. Salah satunya adalah bakteri. Bakteri merupakan salah satu kelompok mikroba yang bersel satu atau uniseluler, tidak berklorofil, berkembang biak dengan membelah diri, sedemikian kecilnya sehingga hanya tampak dengan mikroskop (Dwijoseputro, 1987). Di antara bakteri yang sudah dikenal diantaranya adalah E. Coli dan Salmonella thypi.
2.2.1 Escherichia coli
Escherichia coli merupakan flora normal dalam saluran pencernaan manusia dan hewan (Pelczar dan Chan, 1996). Escherichia coli  biasanya terdapat pada air yang telah tercemar atau sudah terkontaminasi oleh tinja (kotoran). Escherichia coli dalam jumlah yang sedikit dapat menguntungkan bagi tubuh manusia karena dapat mensintesa berbagai macam vitamin, di antaranya vitamin B1 dan vitamin K, tetapi dalam keadaan jumlah yang basar dapat merugikan karena merupakan salah satu bakteri penyebab penyakit mencret atau diare (Herlin, 2003).
2.2.2 Salmonella thypii
Selain Esecherichia coli, Salmonella juga dapat menyebabkan infeksi pada saluran pencernaan. Salmonella bisa terdapat pada makanan dalam jumlah tinggi, tetapi tidak selalu menimbulkan perubahan dalam hal warna, bau, maupun rasa dalam makanan tersebut. Menurut Supardi dan Sukamto (1999) bahwa “Semakin tinggi jumlah Salmonella di dalam suatu makanan, semakin besar timbulnya gejala infeksi pada orang yang menelan makanan tersebut, dan semakin cepat waktu inkubasi sampai timbulnya gejala infeksi”.  Salmonella dapat menimbulkan penyakit, salah satunya adalah demam tifoid. Demam tifoid atau demam enteric adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman Salmonella thypii.
Salmonella sering bersifat pathogen untuk manusia atau hewan bila masuk  melalui mulut. Bakteri ini ditularkan dari hewan atau produk hewan kepada manusia, dan menyebabkan enteriritis, infeksi sistemik, dan demam enterik. Menurut Ewing (dalam Syarurachman,1994). bahwa ”Salmonella diklasifikasikan dalam 3 spesies yaitu: 1. Salmonella choleraesuis, 2. Salmonella thypi, 3. Salmonella enteritidis, dan bakteri dengan tipe antigenic yang lain dimasukkan ke dalam serotype dari Salmonella parathypi enteritidis bukan sebagai spesies baru”.
Syahrurachman (1994) menjelaskan bahwa Salmonella berbentuk batang, tidak berspora, pada pewarnaan gram bersifat negative gram, ukuran 1-3,5 µm × 0,5-0,8 µm, besar koloni rata-rata 2-4 mm, memiliki flagel peritrikh kecuali Salmonella pullorum dan Salmonella gallinarum, (seperti pada gambar 1). Salmonella mudah tumbuh pada pembenihan biasa. Bakteri ini dapat hidup dalam air beku untuk jangka waktu yang cukup lama.
Salmonella resisten terhadap zat-zat kimia tertentu (misalnya hijau brilian, natrium tetrationat, dan natrium deoksikolat) yang menghambat bakteri lainnya, karena itu senyawa ini bermanfaat untuk dimasukkan dalam pembenihan yang dipakai untuk mengisolasi Salmonella dari tinja.
2.3 ANTI MIKROBA
            Senyawa antimikroba merupakan senyawa yang mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Senyawa antimikroba yang terkandung dalam berbagai jenis ekstrak tanaman diketahui dapat menghambat beberapa mikroba patogen maupun perusak pangan (Isranen,1993). Senyawa antimikroba tersebut dapat berasal dari bagian tanaman, seperti bunga, biji, buah, rimpang, batang, daun dan umbi.
            Senyawa antimikroba yang berasal dari tanaman, sebagian besar di ketahui merupakan metabolit sekunder tanaman, terutama dari golongan fenolik dan terpena dalam minyak atsiri. Sebagian besar metabolit sekunder di biosintesis dari banyak metabolit primer seperti dari asam-asam amino, asetil co-A, asam-asam mevalonat dan metabolit antara (Herbert,1995).
            Mekanisme kerja senyawa antimikroba seperti ; penghambat dan kerusakan mikroba oleh senyawa antimikroba berbeda-beda. Secara umum dapat di sebabkan oleh :
1.      Gangguan pembentukan dinding sel bakteri
2.      Reaksi dengan membran sel yang dapat mengakibatkan perubahan permealibitas dan kehilangan komponen penyusun sel.
3.      Penghambat terhadap sintesa protein.
4.      Gangguan fungsi material genetik. (Davidson,2001)
Teknik yang digunakan untuk pengujian aktivitas antimikroba diantaranya MIC (Minimum Inhibitor Concentration), seleksi aktifitas antimikroba dengan difusi cakram dan difusi sumur, penentuan kerapatan aktivitas antimikroba dengan  Scening electron microscope (Sara,2004)
2.4 EFEKTIFITAS BAWANG PUTIH SEBAGAI ANTIMIKROBA
Kemampuan bawang putih sebagai antibakteri dalam menghambat pertumbuhan jumlah bakteri sudah banyak dilakukan oleh peneliti seperti, penelitian Lingga & Rustama (2005) yang menyatakan bahwa ekstrak bawang putih yang dilarutkan dalam air bersifat antibakteri terhadap bakteri gram positif dan gram negatif, serta Wiryawan et al (2005) menyatakan bawang putih dapat menghambat pertumbuhan koloni bakteri patogen Salmonella typhimurium.
Berikut ini adalah hasil penelitian dari Nilam Syifa*, Siti Harnina Bintari, Dewi Mustikaningtyas (2013) tentang
 UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) SEBAGAI ANTIBAKTERI PADA IKAN BANDENG(Chanos chanos Forsk) SEGAR (http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/UnnesJLifeSci).
Penelitian ini dilaksanakan diLaboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi FMIPA Unnes. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan metode rancangan acak lengkap dua arah. Ikan bandeng direndam dalam ekstrak bawang putih dengan konsentrasi 5%, 10%, 15% selama 30 menit, kemudian ikan akan disimpan dalam suhu kamar dengan rentang waktu penyimpanan selama 6 jam, 12 jam, 24 jam dan 48 jam. Perhitungan pertumbuhan bakteri serta uji keberadaan Salmonella sp. dengan factor pengenceran. Daging ikan bandeng dihancurkan, kemudian ditimbang sebanyak 5 g dan ditambah aquades. Selanjutnya diencerkan 10-1 diambil dengan mikropipet dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi 9 ml akuades steril untuk mendapatkan pengenceran 10-2, melakukan pengulangan hingga didapat pengenceran 10-4. Memasukkan 1 ml suspensi dari dua pengenceran terakhir ke cawan petri yang berisi 15 ml Plate count agar (PCA) cair untuk pengamatan jumlah koloni bakteri dan 15 ml Bismuth Sulfit Agar (BSA) untuk pengamatan uji keberadaan bakteri Salmonella sp., mencampur suspensi dan media pertumbuhan dengan metode poor plate dan menginkubasi selama 48 jam dalam suhu 37oC. Koloni bakteri yang tumbuh diamati dan dihitung menggunakan Colony counter. Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui nilai Total Plate Count (TPC)
daging ikan bandeng serta uji keberadaan bakteri
Salmonella sp. pada sampel daging ikan bandeng. Hasil pengamatannya adalah sebagai berikut.
1.      Koloni bakteri
Hasil penelitian menunjukkan perlakuan dengan konsentrasi 5% tidak memberikan pengaruh nyata terhadap penghambatan pertumbuhan jumlah koloni bakteri tetapi pada perlakuan dengan konsentrasi 10% dan 15%
berpengaruh nyata terhadap penghambatan
jumlah koloni bakteri dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Hasil ini menunjukkan penghambatan pertumbuhan jumlah koloni bakteri yang paling efektif adalah perlakuan dengan konsentrasi 10% (Gambar 1).
Wiryawan (2005) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa konsentrasi ekstrak bawang putih yaitu konsentrasi 10%, merupakan konsentrasi yang paling efektif dan memiliki aktivitas antibakteri yang paling tinggi. Fithri (2009) dalam penelitiannya juga menyatakan konsentrasi ekstrak bawang putih sebesar 6% merupakan konsentrasi yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli pada daging sapi.
Semakin tinggi konsentrasi ekstrak bawang putih maka aktivitas antibakterinya akan semakin tinggi (Wiryawan 2005). Salah satu bahan kimia yang terkandung dalam ekstrak bawang putih yang mempunyai khasiat sebagai antibakteri adalah Allicin (Puspitasari 2008). Allicin dapat dihasilkan melalui proses
ekstraksi dengan mengiris dan menghaluskan
umbi bawang putih, proses tersebut  menyebabkan enzim allinase menjadi aktif dan menghidrolisis aliin menghasilkan senyawa intermediet asam allil sulfenat, kondensasi asam tersebut menghasilkan allicin (Hernawan&Setyawan 2003).
Selain itu, Pemanasan dapat menghambat aktivitas enzim allinase, pada suhu di atas 60oC, enzim ini inaktif. Alliin akan segera berubah menjadi allicin begitu umbi bawang putih diremas. Allicin bersifat tidak stabil  sehingga mudah mengalami reaksi lanjut, tergantung pengolahan atau factor eksternal seperti penyimpanan, suhu dan lainlain. Perlakuan perendaman dengan ekstrak bawang putih menggunakan pelarut aquades steril dengan suhu tempat perendaman adalah suhu kamar biasa antara 25-27oC sehingga dapat menghasilkan allicin sebagai zat antibakteri yang menghambat pertumbuhan koloni bakteri sesuai dengan Hernawan&Setyawan (2003). yang menyatakan ekstrak bawang putih dengan
etanol pada suhu 0oC akan menghasilkan allicin,
sedangkan ekstraksi menggunakan air akan menghasilkan allicin pada suhu sekitar 25oC.
Allicin merupakan salah satu senyawa aktif yang terdapat di dalam hancuran bawang putih segar, mempunyai bermacam-macam aktivitas mikrobia. Allicin dalam bentuk senyawa murni memperlihatkan aktivitas antibakteri Gram positif maupun Gram negatif, spesies bakteri yang pertumbuhannya dapat dihambat oleh ekstrak bawang putih antara lain Staphylococcus aureus, α- & ß-Hemolytic streptococcus, Citrobacter freundii, Enterococuc cloacae, Enterpbacter cloacae, Eschericia coli, Proteus vulgaris, Salmonella enteritidis, Citrobacter, Klebsiella pneumonia, Mycobacteria, Pseudomonas aeruginosa, Helicobacter pylori dan Lactobacillus odontyliticus (Hernawan & Setyawan 2003).
Wiryawan et al (2005) menyatakan mekanisme antibakteri dari bawang putih dengan cara merusak dinding sel dan menghambat sintesis protein. Allicin lebih bersifat bakteriostatik dari pada bakterisidal, allicin memiliki permeabilitas yang tinggi dalam menembus dinding sel bakteri dengan menghancurkan gugus S-H atau gugus sulfihidril yang menyusun membran sel bakteri sehingga struktur dinding sel bakteri rusak dan pertumbuhannya terhambat (Muslim et al 2009; Miron et al 2000).
Ekstrak bawang putih memiliki kemampuan dalam penghambatan pertumbuhan bakteri gram negatif maupun gram positif (Hermawan & Setyawan 2003; Lingga & Rustama 2005). dan Wiryawan (2005)
menemukan bahwa filtrat bawang putih dengan
konsentrasi 10% memiliki aktivitas antibakteri terhadap S. typhimurium yang lebih besar daripada antibiotik tetrasiklin 100 µg/mL.

2. Uji keberadaan salmonella
                    
             Hasil pengamatan pada sampel menunjukkan tidak terdapat adanya koloni bakteri Salmonella sp. atau dapat dikatakan dari semua sampel perlakuan didapatkan hasil negatif (Tabel 3) sesuai dengan standar mutu makanan SNI 2009 yang menyatakan bahwa ikan yang bermutu baik tidak terdapat cemaran Salmonella sp. Hasil negatif uji keberadaan Salmonella sp. dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain yaitu tidak adanya kontaminasi Salmonella sp.
Pada sampel ikan yang digunakan, meskipun Salmonella sp. merupakan bakteri patogen yang sering terdapat pada ikan akan tetapi bakteri ini potensi penyebarannya lebih rendah dibandingkan dengan bakteri lain seperti E.coli (Azanza et al 2001; Oscar et al 2009) selain itu juga pertumbuhan koloni mikroba-mikroba lain juga dapat menghambat pertumbuhan koloni Salmonella sp. dikarenakan sifatnya yang kalah bersaing dengan mikroba lain (Widiastuti 2005).





BAB III
PENUTUP
3.1kesimpulan
3.2 Saran
Semoga makalah ini memberi manfaat bagi pembaca umum nya dan penulis khusus nya.Takterlepas dari kekurangan pengetahuan penulis serta pengeditan makalah ini, kritikan dan saran yang mendukung kami harapkan dari pembaca.











DAFTAR PUSTAKA
Anonim, “Ayam”. Kategori Ensiklopedia Bebas. http://wikipedia.ac.id/ayam    (14Desember 2012)
Anonim. 2006. Manfaat Bawang Putih. Tersedia: http://www.google.com
Azanza MPV, MP Ortega & RG Valdezco. 2001. Microbial quality of rellenado milkfish (Chanos chanos, Forskall). Food Control 12 : 365-371.
Budiman, Rachmad. 2007. Pengaruh Penambahan Bubuk Bawang Putih pada Ransum terhadap Gambaran Darah Ayam Kampung yang Diinfeksi Cacing Nematoda (Ascaridia Galli).Skripsi.Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. http://repository.ipb.ac.idhandle1234567892411, (14 Desember 2012)
Ha To. 2012. “Jenis Penyakit dan Pengobatan pada Ayam”. http://to-has.blogspot.com/2012/05/jenis-penyakit-dan-pengobatan-pada-ayam.html (14 Desember 2012)
Hernawan UE & AD Setyawan. 2003. Senyawa organosulfur bawang putih (Allium sativumL.) dan aktivitas biologinya. Biofarmasi 1 (2) Agustus 2003 : 65-76
Ismail, A.Muthalib. 2002. Bawang Dalam Pengobatan Islam. Jakarta: Bumi Aksara
Lingga ME & MM Rustama. 2005. Uji Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak Air dan Etanol Bawang Putih (Allium sativum L.) terhadap Bakteri Gram Negatif dan Gram Positif yang Diisolasi dari Udang Dogol (Metapenaeus monoceros), Udang Lobster (Panulirus sp), dan Udang Rebon (Mysis dan Acetes).Jurnal Biotika5 (2).
Muhammad, Kanda Yanuar. 2008. Efek Pemberian Serbuk Kunyit, Bawang Putih dan Zink Terhadap Performa Ayam Broiler. Skripsi.Fakultas Kedokteran Hewan,InstitutPertanianBogor (http://repository.ipb.ac.idbitstreamhandle1234567893373B08kym.pdfsequence=3, diakses tanggal 14 Desember 2012)
Pelczar, M dan Chan, E. 1986. Dasar-dasarMikrobiologi. Jakarta: PenerbitUniversitasIndonesia
Puspitasari I. 2008. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Bawang Putih (Allium Sativum L) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus In Vitro. (Skripsi). Semarang: Universitas Diponegoro.
Suririnah. 2005. BawangPutih Si Kecil Yang Ampuh.Tersedia: Dr. Suririnah–myonnlinerecipe.com.
Syamsudin, U. 1994. BudidayaBawang. Bandung: PercetakanBinacipta
Syaruracman, Agus. (Eds). 1994. Buku Ajar MikrobiologiKedokteran. Jakarta: BinapuraAksara.
Wibowo, Singgih. 2006. BudiDayaBawang. Jakarta: PenebarSwadaya
Widiastuti IM. 2005. Bakteri Patogen pada Ikan Pindang dalam Kadar garam yang Berbeda. Jurnal Ilmiah Santika 2 (3):279-287
Wiryawan KG, S Suharti & M Bintang. 2005. Kajian Antibakteri Temulawak, Jahe dan Bawang Putih terhadap Salmonella typhimurium serta Pengaruh Bawang Putih terhadap Performans dan Respons Imun Ayam Pedaging. Media Peternakan 28 (2):52-62

Syair Rindu

Rindu Cahaya Cinta Pelan pelan ku jalani hidup ini terkadang ku tersungkur juga tanpa dirimu yang tunjuki jalan aku tersesat akhir...