Senin, 23 April 2018

Cerpen Hijrah


CINTA TERSENGAJA

                                                                             Fiktif by Runaway

Anugerah yang terindah dari yang kuasa, CINTA. Beragam arti dari sebuah kata cinta, masing-masing kita mengungkapkan dengasn cara yang berbeda. Begitu juga aku. Aku mengungkapkan cinta dengan diam, cinta bagiku memiliki arti luas, cinta adalah sebuah bukti perasaan yang dapat diungkapkan dengan senyum, melihat orang yang kita sayang bahagia di depan mata kita itu adalah cinta, meski terkadang kita merasa nyesek didada. #Sakit. Setiap kita pernah merasakannya, kehilangannya, bahkan sering move on dari cinta. Namun aku, berkali-kali move on  namun masih saja berharap kepada yang pertama, meski ku tahu aku tidak ada lagi peluang dan dia sudah bahagia dengan cintanya. Ya, cinta masa Sekolah Dasar konon, cinta kanak-kanak yang saat itu arus globalisasi meraja lela hingga kanak-kanak seperti kita terkena virusnya. Meskipun tidak pernah bersama, dan waktu itu hanya jadi bahan olokan teman-teman lain untuk menyakiti hatiku.
Waktu itu masih usia 10, dia megungkapkan cinta kepadaku di depan teman-teman nya, dan mulai saat itu aku menjadi bahan olokan teman-teman nya, bahkan ibu-ibu dan remaja lain di sekitar sekolah, setiap saat, membuatku malu, dan berakhir setelah kita lulus dan melanjutkan ke sekolah yang berbeda. Sepuluh tahun, kita tidak pernah bertemu. Tidak mendengar kabar, tidak saling melihat. Selang waktu itu menumbuhkan rindu, dan ingin mendapatkan keajaiban kita bisa bertemu walau tidak sengaja. Namun tidak. Entah apa itu cinta atau hanya permainan hati. Mencoba membuka hati untuk yang lain, dan aku mendapatkan balasan dari mereka, tapi tidak seperti perasaanku kepadanya. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk mengunci hati kepada setiap yang datang mengetuk, bahkan kepada seseorang yang pernah mengetuk beberapa kali, namun tak pernah terbuka dengan ikhlas.
“Salahkah aku?”
Jomblo kronis, status yang aku buat sendiri untuk membahagiakan hatiku. Menemaniku kemanapun aku pergi, traveler. Namun, sakitnya jomblo ketika aku mulai lelah, semua kenangan kita terlintas begitu saja, canda, tawa, marah, aku tidak pernah marah kepadanya, namun itu hanya ungkapan mulut saja, sampai saat ini aku belum pernah menikmati bagaimana rasanya marah kepada seseorang. Karena aku benci melihat orang marah, dan aku tidak mau dimarahi, dan aku tidak mau marah. Aku tidak pernah tahu kabar nya, yang ku tahu dari teman kita yang lain bahwa dia bahagia dengan cintanya sekarang. Hal aneh yang aku tahu darinya, sampai sekaran dia masih menikmati sifatnya yang dulu, konyol, membuat lelucon konyol untuk membahagiakan orang yang di dekatnya. Aneh, tapi aku suka, karena itu membuktikan dia bersosialisasi dengan baik dengan orang di sekitarnya
Yang tak pernah ku lupa satu hal yang ku kagumi darinya, yaitu IMAN nya, dia rajin beribadah, yang waktu itu membuat aku iri karena aku tidak seperti itu. Oleh imannya itu membuat aku terus berlomba-lomba dengannya untuk menjadi juara kelas, bahkan saat ujian menjadi ketat, bahkan mengganggu satu sama lain. Hal teraneh yang pernah menyadarkanku akan cintaku adalah ketika geng cewek kelas kami berkumpul membuat tugas sekolah di rumah temanku, Puput. Geng cowok datang bersamanya mengganggu kami hingga pulang, dan tragedi aneh terjadi, saat teman-teman geng cewek bersahutan kekesalan kepada geng cowok, temanya adalah membantu si Dia untuk mengungkapkan lagi perasaannya kepadaku untuk ke berapa kalinya, sempat terfikir olehku untuk membalasnya, namun, salah satu dari teman cewekku, Lula, melempar sebuah kalimat, yang membuat aku kagum dan terkejut saat itu di tengah riuhnya pertenngkaran antar geng.
“Aditya,  sebenarnya aku suka padamu.”
Dia sepupuku. Aku yang dari awal diam pun, segera menarik teman-teman untuk segera pulang. Aku tidak tahu apakah aditya mendengar apa yang di ungkapkan sepupuku kepadanya atau tidak, yang jelas hari itu juga, aku memutuskan untuk menghilangkan perasaanku kepadanya. Memendam cinta adalah pilihanku. Aditya, si Dia yang pernah hadir dalam memori ku, yang enam bulan terkhir menghubungiku untuk say hallo, how are you my old classmate. Terharu, saat tengah malam itu dia menelepon aku dari nomor telepon yang aku bagikan di pesan facebook nya. Dia bercerita kisah silamnya, kisah-kisah paling indah dan haru yang dia alami bersama cintanya pada tahun 2015 lalu. Dia juga bercerita tentang keluarganya. Merasa spesial dimalam itu, banyak canda dan tawa yang menghempaskan hati, karena banyak harapan yang dilontarkan, tapi itu hanya candaan semata. Aku pun mengartikan begitu, karena tidak ingin kalau-kalau nantinya aku hanya mendapatkan mimpi semata. Begitu caraku mengunci hati. Bahkan untuk dia semula. Memang benar adanya, kerena hanya beberapa komunikasi yang terjalin, dan kita pun saling diam lagi, tidak ada lagi balasan komunikasi, asik dengan kesibukan masing-masing, ya, karena kita kan berjauhan dan tidak pernah saling berhadapan, hanya dunia maya beberapa lemparan komunikasi, dan hingga saat ini pun tidak pernah lagi berkomunkasi. Satu lagi caraku mengunci hati, aku tidak mau memulai dan aku hanya mau membalas, bahkan kadang membalaspun dengan kalimat yang di batasi.
Penguncian hati berhasil ketika aku bercerita tentangnya kepada tanteku yang paling aku cinta, mengenai kisah komunikasi yang terjalin dimalam itu, dan tanteku memberikan beberapa nasehat. Agar aku melupakannya dan menghapusnya dari harapan. Dengan kata penutup yang luar biasa, andai dia mendengarnya, ku harap kata itu menjadi motivasi untuknya. Dan jika ada harapan dia bisa bangkit dari keterpurukannya saat ini dan menemukan wanita sholeha seperti yang dia impikan. Aku pun membuang perasaanku dan membuka hati kepada siapa saja yang datang esok hari. Tidak ingin lagi terkunci dalam cinta yang tak pernah wujud ini.
Aktivis Dakwah Kampus (ADK), tempatku memulai cinta yang indah. Bagi ku menemukan kata move on, bersama teman-teman dan senior di kampus, aku bergabung dengan forum kajian islam kampus, mengisi waktu luangku dengan berbagi dan menambah ilmu menjadi mahasiswa rabbani, mahasiswa yang memiliki jati diri yang teguh. Ya, menemukan cinta yang haqiqi, cinta Rabbi, lebih indah dan penuh balasan serta harapan, dengan sebuah janji dan harapan mulia, bahwa kita sudah memiliki titipan cinta dari Allah, cinta yang akan membawa kita bahagia di dunia dan akhirat, cinta yang berlandaskan cinta sang maha cinta Rabbi, Allah SWT. Harapan itu membawaku kepada keindahan cinta.
“..... dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).... “ (QS. An-nur [24] : 26)
Dalam dakwah ini aku menemukan dunia baru, lebih berwarna dari sebelumnya dan lebih segar seperti pucuk daun yang terkena embun pagi. Aku dapat teman-teman yang begitu mencintaiku, tempatku berbalas kasih dan indah saat tersenyum bersama mereka. Kami adalah satu kumpulan sahabat, ya, kita namakan nama grupnya adalah sahabat. Yang cita-citanya kita akan berteman hingga ke akhirat, kita akan saling mencari jika seandainya di surga nanti salah satu dari kita tidak ada bersama kita, akan menjemput jika kita berda di neraka. Begitu indah impiannya. Melupakan sejenak kisahku bersama Aditya. Bersama kami menjadi Sahabat traveler, setiap terasa suntuk dengan kuliah-organisasi dikampus, kita akan menyewa mobil dan pergi traveler seharian, kadang kita juga traveler sambil berkunjung ke rumah salah satu sahabat kita. Manis melepas rindu kepada keluarga meski bukan keluarga kita, namun keluarga sahabat rasanya sudah tidak bisa di batasi lagi, kami adalah keluarga sahabat.
Sahabat senantiasa membatasi diri dengan cinta yang salah, maksudnya cinta yang akan membuat kita sakit dan tanpa harapan. Sahabat menjadi penguat ketika terlintas lagi bayangan akan cinta masa laluku. Cinta yang tak pernah wujud, terpendam, dan tanpa harapan. Kini kita sudah tahun akhir, satu persatu dari kita sudah menyelesaikan perkuliahan, begitu juga aku, yang akan wisuda sarjana 2017 ini. Entah adakah akhir dari persahabatan kita atau tidak, aku pun meragukannya. Karena, setelah kita berpisah kita akan menapaki jalan masing-masing ke daerah yang berbeda, mungkin kita menjadi sahabat jarak jauh, dan hanya dunia maya tempat kita berkhayal dalam bertemu.

Syair Rindu

Rindu Cahaya Cinta Pelan pelan ku jalani hidup ini terkadang ku tersungkur juga tanpa dirimu yang tunjuki jalan aku tersesat akhir...