REVISI MAKALAH
MATA KULIAH TOKSIKOLOGI PAKAN
“Efektifitas Bawang Putih sebagai Anti Mikrobial”
Kelompok III
1.
YaniFitriDewi 6. Rahmi Amelia
2.
Yulia Angraini
7. Putri Gatot
Fernando
3.
Budi
Yulianto 8. Andre
4.
Mutia 9. WeriNovita
5.
Ade
Mercylahi Putra
Dosen Pengampu
: Dr. Ir. Yuliaty Shafan Nur, MS
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG,2015
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT,
atas limpahan rahmat dan karunia Nya, sehingga kami
telah diperkenankan menyelesaikan Tugas Kuliah Toksikologi Pakan dengan Makalah tentang Efektifitas Bawang Putih sebagai Anti Mikrobial. Makalah ini merupakan salah satu tugas matakuliah
toksikologi pakan yang akan di gunakan sebagai bahan diskusi di kelas.
Ucapan
terimakasih di tujukan kepada ibu Dr.
Ir. Yuliaty Shafan Nur, MS
sebagai dosen pengampu mata kuliah toksikologi pakan yang telah memberikan
arahan sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini. Seterusnya kepada
teman-teman kelompok tiga atas kerjasama dan waktunya serta ide-idenya dalam
menyelesaikan tugas ini.
Semoga makalah ini dapat menjadi refence dalam diskusi di kelas nanti,
maupun selanjutnya.
Padang, 28 April 2016
Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 MANFAAT
II. PEMBAHASAN
2.1 BAWANG PUTIH
2.2 MIKROBIOLOGI
2.3 ANTIMIKROBIAL
2.4 EFEKTIFITAS
B.PUTIH SEBAGAI ANTIMIKROBIAL
BAB III. PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sepanjang sejarah, banyak budaya yang berbeda telah
mengakui potensi penggunaan bawang putih untuk pencegahan dan pengobatan
penyakit yang berbeda. senyawa yang berbeda dalam bawang putih diduga
mengurangi risiko penyakit kardiovaskular, memiliki anti-tumor dan efek
anti-mikroba, dan menunjukkan manfaat pada konsentrasi glukosa darah tinggi.
Mikrobiolog iadalah suatu bidang ilmu yang mempelajari organisme (makhluk) kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang dan hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Organisme kecil itu disebut dengan mikro organisma,
mikroorganisme, mikroba, microbe, protista atau jasad renik Pada umumnya diambil ketentuan, bahwa semua makhluk hidup yang berukuran beberapa micron atau lebih kecil lagi disebut mikroba (Waluyo, 2004).
Dalam upaya penghambatan, pertumbuhan mikroorganisme utamanya bakteri Escherichia coli dan Salmonella
typii, maka kita dapat menggunakan bahan alami yang sifatnya dapat
menghambat pertumbuhan bakteri, bahan itu di antaranya adalah bawang putih (Allium sativum). Dalam makalah ini, kita
dapat mengetahui bagaimana bawang putih dapat menghambat pertumbuhan mikroba
dan bagaimana efeknya sebagai antimikroba.
1.2
RumusanMasalah
Bagaimana efektifitas bawang putih (Allium sativum)
sebagai anti – mikroba?
1.3
Manfaat
Dapat mengetahui efektifitas bawang putih (Allium sativum)
sebagai anti – mikroba.
II. PEMBAHASAN
2.1 BawangPutih
A.Klasifikasi
Bawang Putih
Divisi :
Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Liliales
Suku : Liliaceae
Marga : Allium
Jenis : Allium sativumL.
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Liliales
Suku : Liliaceae
Marga : Allium
Jenis : Allium sativumL.
B.Ciri-ciri
Bawang Putih :
Habitus : Herba annual (2-4 bulan), tegak, 30 – 60 cm.
Batang : kecil (corpus), 0,5 – 1 cm.
Daun : bangun garis, kompak, datar, lebar 0,4 – 1,2 cm, pangkal pelepah membentuk umbi, bulat telur melebar, anak umbi, bersudut, dibungkus oleh selaput putih, pelepah bagian atas membentuk batang semu.
Bunga : susunan majemuk payung sederhana, muncul disetiap anak umbi, 1-3 daun pelindung, seperti selaput.
Tenda bunga : enam daun, bebas atau berlekatan di pangkal, bentuk memanjang, meruncing, putih-putih kehijauan-ungu (Sudarsono et al., 2006).
Umbi lapis Allium sativumL. berupa umbi majemuk berbentuk hampir bundar, garis tengahnya 4 – 6 cm terdiri dari 8 – 20 siung seluruhnya diliputi 3 – 5 selaput tipis serupa kertas berwarna agak putih, tiap siung diselubungi oleh 2 selaput serupa kertas, selaput luar warna agak putih dan agak longgar, selaput dalam warna merah muda dan melekat pada bagian padat dari siung tetapi mudah dikupas; siung bentuk membulat dibagian punggung, bidang samping rata atau agak bersudut.
Batang : kecil (corpus), 0,5 – 1 cm.
Daun : bangun garis, kompak, datar, lebar 0,4 – 1,2 cm, pangkal pelepah membentuk umbi, bulat telur melebar, anak umbi, bersudut, dibungkus oleh selaput putih, pelepah bagian atas membentuk batang semu.
Bunga : susunan majemuk payung sederhana, muncul disetiap anak umbi, 1-3 daun pelindung, seperti selaput.
Tenda bunga : enam daun, bebas atau berlekatan di pangkal, bentuk memanjang, meruncing, putih-putih kehijauan-ungu (Sudarsono et al., 2006).
Umbi lapis Allium sativumL. berupa umbi majemuk berbentuk hampir bundar, garis tengahnya 4 – 6 cm terdiri dari 8 – 20 siung seluruhnya diliputi 3 – 5 selaput tipis serupa kertas berwarna agak putih, tiap siung diselubungi oleh 2 selaput serupa kertas, selaput luar warna agak putih dan agak longgar, selaput dalam warna merah muda dan melekat pada bagian padat dari siung tetapi mudah dikupas; siung bentuk membulat dibagian punggung, bidang samping rata atau agak bersudut.
2.1.1
Penjelasan Bawang Putih
Bawang putih (Allium sativum)
merupakan tanaman umbi yang termasuk ke dalam keluarga Amaryllidaceae.(Farrel,1985)
Bawang putih yang ada di Indonesia berasal dari daerah Kirgiztan, Asia Barat
yang kemudian tumbuh menyebar ke Mesir, Perancis bagian Selatan, Italia dan
Sisilia.
Bawang putih memiliki beberapa jenis
diantaranya adalah bawang putih varietas putih, merah muda dan kuning.Menurut
Reynold (1982) untuk tujuan pengekstrakan, bawang putih varietas putih lebih
banyak digunakan. Struktur morfologi bawang putih terdiri dari akar, batang
semu, tangkai, dan bunga pendek (Farrel,1985). Umbi bawang putih tersusun dari
beberapa siung yang dibungkus dengan kulit putih tipis.Umbi tersebut merupakan
batang semu dan berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan.
Bawang putih sudah dikenal manusia
sejak 4000 tahun lebih.Dalam sebuah papyrus bertarikh 1500 SM ditemukan
catatan bahwa orang Mesir percaya ada 22 khasiat bawang putih untuk mengobati
penyakit.Tidak heran jika bawang putih ditemukan di dalam makam Raja
Tutankhamun dari Mesir dan dikonsumsi para pembangun piramid untuk meningkatkan
stamina dan mencegah penyakit.Di masa lalu, orang Yunani dan Romawi menggunakan
bawang putih untuk mengobati lepra dan asma, serta menghalau
kalajengking. Sedangkan di dalam resep makanan Libanon, bawang putih sejak dulu
digunakan sebagai resep untuk diet (Winarno 2006)
Walaupun bawang putih mempunyai bau
yang khas sehingga kurang disukai sebagian orang, bawang putih banyak
manfaatnya bagi manusia diantaranya berkhasiat sebagai penurun kadar kolesterol
karena mengandung zat ajoene, (senyawa yang bersifat antikolesterol dan
membantu mencegah penggumpalan darah), membantu menghindari kanker seperti
dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan oleh University of Minnesota.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa risiko terkena kanker di usia tua
berkurang sebanyak 50% bila mengkonsumsi bawang putih secara rutin. Selain itu
bawang putih dapat menyembuhkan penyakit tekanan darah tinggi dan stroke karena
mengandung Alisin yang mencegah akumulasi plak pada dinding
arteri, meringankan tukak lambung, meningkatkan insulin darah bagi penderita
diabetes, melumpuhkan radikal bebas yang mengganggu sistem kekebalan tubuh,
serta bermanfaat sebagai penawar racun (detoxifier) yang melindungi
tubuh dari berbagai macam penyakit. Pada tahun 1858 Louis Pasteur menemukan
bahwa bawang putih juga berfungsi sebagai pembunuh bakteri. Selama Perang Dunia
II, bawang putih sering dipakai sebagai desinfektan untuk membersihkan luka
terbuka, serta mencegah gangrene pada saat tidak ada antibiotik (Winarno
2006).
2.1.2
Kandungan zat pada bawang putih
Bawang putih sebagian besar terdiri
dari air (56-68%) dan karbohidrat (26-30%). Komponen yang paling signifikan
secara medis, adalah kandungan senyawa organosulfur (11-35 mg/g fresh garlic).
Bawang putih juga banyak mengandung senyawa sulfur seperti penicilin dan
prebucol.
Menurut Reynold (1982) dari bawang
putih dapat diekstrak menjadi air, protein, lemak, karbohidrat, vitamin B
komplek, vitamin C, mineral kalsium (Ca), fosfor (P), magnesium (Mg) dan kalium
(K), serta zat-zat aktif yang meliputi:
- allicin (thiopropen sulfinic acid allyl ester) yaitu senyawa yang dapat menurunkan kadar kolesterol darah serta bersifat antibakteri,
- skordinin yang memberi bau yang tidak sedap pada bawang putih, tetapi senyawa ini berkhasiat sebagai antiseptik,
- alliil (propenylalanina) yang memberi bau khas pada bawang putih dan juga berfungsi sebagai antiseptik dan anti oksidan,
- saponin yang dapat menyebabkan sel-sel cacing menjadi terhidrolisis,dan bersifat antibakteri,
- diallyl sulfida dan prophyl allyl sulfida yang bersifat trombolik dan penghancur gumpalan darah. Senyawa ini juga diduga bersifat antelmintika, dan
- methilalil trisulfida yang dapat mencegah terjadinya perlengketan sel darah merah
2.1.3 Bawang
Putih Sebagai antimikroba
Zat antibakteri sangat banyak jenisnya, dapat berasal
dari alam atau bisa dibuat oleh manusia. Yang paling banyak didapatkan adalah
yang berasal dari alam. Salah satu tanaman yang mengandung zat anti bakteri
adalah bawang putih (Allium sativum).
Bawang putih merupakan salah satu bahan alami yang
bersifat menghambat bakteri. Bawang putih memiliki banyak manfaat antara lain
anti bakteri (membunuh bakteri E. coli,
P. mirabilis, S. thypii,V. cholerae),
anti jamur (menghambat pertumbuhan Candida
albicans, Microsporum, Cryptococus neoformans (Handayani, ). Bawang putih mampu membunuh mikroba
penyebab tuberkulose, dipteri, typhoid, disentri dan gonorhoe (Calvallito,
dalam Syamsudin, 1994). Selain itu bawang putih dapat menyembuhkan berbagai
penyakit antara lain hipertensi, sakit kepala, flu, disentri, batuk, bisul yang
baru tumbuh, luka akibat terkena benda tajam berkarat, cacingan, nyeri haid,
migraine, perut kembung, cholera, maag, asma, masuk angin, ambeien, lemah
syahwat, digigit serangga beracun dan mempunyai kemampuan menurunkan kadar
kolesterol (Anonim, 2006).
Bawang putih mengandung minyak atsiri, yang bersifat
antibakteri dan antiseptik (Anonim, 2006). Bawang putih menghasilkan bau khas
yang tidak sedap. Jenis senyawa yang menentukan bau khas bawang putih yaitu
allisin yang mempunyai daya antibakteri yang kuat (Wibowo, 2006). Bawang putih
dapat beraksi sebagai antibakteri dan antiviral karena bawang putih mengandung
ekstrak sulphur yang memberi nilai lebih dalam kesehatan (Suririnah, 2005).
Adapun kandungan zat dalam bawang putih menurut Ismail (2002) adalah: protein 49%, minyak
yang mengandung karbohidrat 25%, lemak 22%, garam 47%, dan air 6%.
2.1.4 Aplikasi
Bawang Putih Sebagai Antibiotik Alami
dalam Mengobati Diare pada Ayam Peternakan
Berdasarkan kandungan yang berada
dalam bawang putih, baik sebagai anti bakteri, antiseptik terhadap luka
khususnya peradangan pada usus sangat cocok diberikan pada ayam yang mengalami
diare sebagai antibiotik alami.
Dengan pemberian bawang putih,
populasi bakteri ataupun cacing dapat berkurang. Hal ini terbukti pada
penelitian Damayanti (1994) yang menggunakan simplicia (jus bawang
putih) bawang putih sebagai obat cacing, yaitu dengan melakukan pengujian in
vitro pada cacing Asacaridia galli dengan dosis 64 % yang dapat
membunuh cacing Ascaridia galli dengan kondisi tubuh cacing menjadi
transparan. Kandungan saponin dalam bubuk bawang putih diduga dapat
menyebabkan sel-sel cacing menjadi terhidrolisis sehingga cacing mati dan tubuh
cacing terlihat transparan.
Mekanisme antiparasit bawang putih
pada ayam yang diare karena cacing diawali oleh allicin yang dapat
menembus dinding sel cacing yang tersusun dari fosfolipid. Setelah menembus
dinding sel, gugus thiol, dalam hal ini diallyl sulfida, bereaksi dengan
enzim-enzim yang mengandung sulfuhydril yang menyusun membran sel yang
menyebabkan struktur dinding sel cacing akan rusak dan lisis.
Sama halnya pada ayam yang diare
karena bakteri, allicin pada bawang putih bekerja dengan cara
menghancurkan kelompok Sulfhidril dan disulfida yang terikat pada
protein dan merupakan enzim penting untuk metabolisme sel bakteri serta
merupakan gugus yang penting untuk proliferasi bakteri atau sebagai stimulator
spesifik untuk multiplikasi sel bakteri. Dengan adanya allicin inilah
maka pertumbuhan bakteri dapat dihambat dan proses selanjutnya mengakibatkan
terjadinya kematian bakteri Salmonella pullorum atau sejenisnya. Saponin
yang terkandung pada bawang putih juga bersifat antibakteri dengan meningkatkan
permeabilitas membran sel bakteri sehingga dapat mengubah struktur dan fungsi
membran, menyebabkan denaturasi protein membran sehingga membran sel bakteri
akan rusak dan lisis.
2.2 Mikrobiologi
Mikrobiologi adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari
organisme (makhluk) kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang dan
hanya dapat dilihat dengan mikroskop.
Organisme kecil itu disebut dengan mikroorganisma, mikroorganisme,
mikroba, microbe, protista atau jasad renik. Pada umumnya diambil ketentuan,
bahwa semua makhluk hidup yang berukuran beberapa micron atau lebih kecil lagi
disebut mikroba (Waluyo, 2004).
Dunia mikroba terdiri dari berbagai kelompok jasad renik.
Salah satunya adalah bakteri. Bakteri merupakan salah satu kelompok mikroba
yang bersel satu atau uniseluler, tidak berklorofil, berkembang biak dengan
membelah diri, sedemikian kecilnya sehingga hanya tampak dengan mikroskop
(Dwijoseputro, 1987). Di antara bakteri yang sudah dikenal diantaranya adalah
E. Coli dan Salmonella thypi.
2.2.1
Escherichia coli
Escherichia
coli merupakan flora normal dalam
saluran pencernaan manusia dan hewan (Pelczar dan Chan, 1996). Escherichia coli biasanya terdapat pada air yang telah tercemar
atau sudah terkontaminasi oleh tinja (kotoran). Escherichia coli dalam jumlah yang sedikit dapat menguntungkan bagi
tubuh manusia karena dapat mensintesa berbagai macam vitamin, di antaranya
vitamin B1 dan vitamin K, tetapi dalam keadaan jumlah yang basar dapat
merugikan karena merupakan salah satu bakteri penyebab penyakit mencret atau diare
(Herlin, 2003).
2.2.2
Salmonella
thypii
Selain Esecherichia
coli, Salmonella juga dapat menyebabkan infeksi pada saluran pencernaan.
Salmonella bisa terdapat pada makanan dalam jumlah tinggi, tetapi tidak selalu
menimbulkan perubahan dalam hal warna, bau, maupun rasa dalam makanan tersebut.
Menurut Supardi dan Sukamto (1999) bahwa “Semakin tinggi jumlah Salmonella di
dalam suatu makanan, semakin besar timbulnya gejala infeksi pada orang yang
menelan makanan tersebut, dan semakin cepat waktu inkubasi sampai timbulnya
gejala infeksi”. Salmonella dapat
menimbulkan penyakit, salah satunya adalah demam tifoid. Demam tifoid atau
demam enteric adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman Salmonella thypii.
Salmonella sering bersifat pathogen untuk manusia atau
hewan bila masuk melalui mulut. Bakteri
ini ditularkan dari hewan atau produk hewan kepada manusia, dan menyebabkan
enteriritis, infeksi sistemik, dan demam enterik. Menurut Ewing (dalam
Syarurachman,1994). bahwa ”Salmonella diklasifikasikan dalam 3 spesies yaitu:
1. Salmonella choleraesuis, 2. Salmonella thypi, 3. Salmonella enteritidis, dan bakteri
dengan tipe antigenic yang lain dimasukkan ke dalam serotype dari Salmonella parathypi enteritidis bukan
sebagai spesies baru”.
Syahrurachman (1994) menjelaskan bahwa Salmonella
berbentuk batang, tidak berspora, pada pewarnaan gram bersifat negative gram,
ukuran 1-3,5 µm × 0,5-0,8 µm, besar koloni rata-rata 2-4 mm, memiliki flagel
peritrikh kecuali Salmonella pullorum
dan Salmonella gallinarum, (seperti
pada gambar 1). Salmonella mudah tumbuh pada pembenihan biasa. Bakteri ini
dapat hidup dalam air beku untuk jangka waktu yang cukup lama.
Salmonella resisten terhadap zat-zat kimia tertentu
(misalnya hijau brilian, natrium tetrationat, dan natrium deoksikolat) yang
menghambat bakteri lainnya, karena itu senyawa ini bermanfaat untuk dimasukkan
dalam pembenihan yang dipakai untuk mengisolasi Salmonella dari tinja.
2.3
ANTI MIKROBA
Senyawa
antimikroba merupakan senyawa yang mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan
mikroorganisme. Senyawa antimikroba yang terkandung dalam berbagai jenis
ekstrak tanaman diketahui dapat menghambat beberapa mikroba patogen maupun
perusak pangan (Isranen,1993). Senyawa antimikroba tersebut dapat berasal dari
bagian tanaman, seperti bunga, biji, buah, rimpang, batang, daun dan umbi.
Senyawa
antimikroba yang berasal dari tanaman, sebagian besar di ketahui merupakan
metabolit sekunder tanaman, terutama dari golongan fenolik dan terpena dalam
minyak atsiri. Sebagian besar metabolit sekunder di biosintesis dari banyak
metabolit primer seperti dari asam-asam amino, asetil co-A, asam-asam mevalonat
dan metabolit antara (Herbert,1995).
Mekanisme
kerja senyawa antimikroba seperti ; penghambat dan kerusakan mikroba oleh
senyawa antimikroba berbeda-beda. Secara umum dapat di sebabkan oleh :
1.
Gangguan
pembentukan dinding sel bakteri
2.
Reaksi dengan
membran sel yang dapat mengakibatkan perubahan permealibitas dan kehilangan
komponen penyusun sel.
3.
Penghambat terhadap
sintesa protein.
4.
Gangguan fungsi
material genetik. (Davidson,2001)
Teknik yang
digunakan untuk pengujian aktivitas antimikroba diantaranya MIC (Minimum Inhibitor Concentration),
seleksi aktifitas antimikroba dengan difusi cakram dan difusi sumur, penentuan
kerapatan aktivitas antimikroba dengan Scening electron microscope (Sara,2004)
2.4
EFEKTIFITAS BAWANG PUTIH SEBAGAI ANTIMIKROBA
Kemampuan bawang putih sebagai antibakteri
dalam menghambat pertumbuhan jumlah bakteri sudah banyak dilakukan oleh peneliti
seperti, penelitian Lingga &
Rustama (2005) yang menyatakan bahwa ekstrak
bawang putih yang dilarutkan dalam air bersifat
antibakteri terhadap bakteri gram positif dan
gram negatif, serta Wiryawan et al (2005) menyatakan
bawang putih dapat menghambat pertumbuhan koloni bakteri
patogen Salmonella typhimurium.
Berikut ini adalah hasil penelitian dari Nilam Syifa*, Siti Harnina Bintari, Dewi
Mustikaningtyas (2013) tentang
UJI
EFEKTIVITAS EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) SEBAGAI ANTIBAKTERI PADA IKAN BANDENG(Chanos chanos Forsk) SEGAR (http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/UnnesJLifeSci).
Penelitian ini dilaksanakan
diLaboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi FMIPA
Unnes. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental
menggunakan metode rancangan acak lengkap dua arah. Ikan bandeng direndam
dalam ekstrak bawang putih dengan konsentrasi 5%, 10%, 15%
selama 30 menit, kemudian ikan akan disimpan dalam suhu kamar
dengan rentang waktu penyimpanan selama 6 jam, 12 jam, 24 jam
dan 48 jam. Perhitungan pertumbuhan bakteri serta uji keberadaan
Salmonella sp. dengan factor pengenceran. Daging
ikan bandeng dihancurkan, kemudian ditimbang sebanyak
5 g dan ditambah aquades. Selanjutnya diencerkan 10-1 diambil dengan
mikropipet dan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi berisi 9 ml akuades steril untuk mendapatkan
pengenceran 10-2, melakukan pengulangan hingga didapat
pengenceran 10-4. Memasukkan 1 ml suspensi dari dua pengenceran
terakhir ke cawan petri yang berisi 15 ml Plate
count agar (PCA) cair untuk pengamatan jumlah koloni
bakteri dan 15 ml Bismuth Sulfit Agar (BSA)
untuk pengamatan uji keberadaan bakteri Salmonella sp., mencampur suspensi
dan media pertumbuhan dengan metode poor plate dan
menginkubasi selama 48 jam dalam suhu 37oC. Koloni
bakteri yang tumbuh diamati dan dihitung menggunakan Colony
counter. Analisis deskriptif
dilakukan untuk mengetahui nilai Total Plate Count (TPC)
daging ikan bandeng serta uji keberadaan bakteri Salmonella sp. pada sampel daging ikan bandeng. Hasil pengamatannya adalah sebagai berikut.
daging ikan bandeng serta uji keberadaan bakteri Salmonella sp. pada sampel daging ikan bandeng. Hasil pengamatannya adalah sebagai berikut.
1.
Koloni
bakteri
Hasil penelitian menunjukkan perlakuan dengan
konsentrasi 5% tidak memberikan pengaruh nyata terhadap
penghambatan pertumbuhan jumlah koloni bakteri tetapi pada perlakuan
dengan konsentrasi 10% dan 15%
berpengaruh nyata terhadap penghambatan jumlah koloni bakteri dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Hasil ini menunjukkan penghambatan pertumbuhan jumlah koloni bakteri yang paling efektif adalah perlakuan dengan konsentrasi 10% (Gambar 1).
berpengaruh nyata terhadap penghambatan jumlah koloni bakteri dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Hasil ini menunjukkan penghambatan pertumbuhan jumlah koloni bakteri yang paling efektif adalah perlakuan dengan konsentrasi 10% (Gambar 1).
Wiryawan (2005) dalam hasil penelitiannya
menyatakan bahwa konsentrasi ekstrak bawang putih yaitu
konsentrasi 10%, merupakan konsentrasi yang paling efektif dan memiliki
aktivitas antibakteri yang paling tinggi. Fithri
(2009) dalam penelitiannya juga menyatakan konsentrasi
ekstrak bawang putih sebesar 6% merupakan konsentrasi yang paling efektif
dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia
coli pada daging sapi.
Semakin tinggi konsentrasi ekstrak bawang
putih maka aktivitas antibakterinya akan
semakin tinggi (Wiryawan 2005). Salah satu bahan
kimia yang terkandung dalam ekstrak bawang putih yang
mempunyai khasiat sebagai antibakteri adalah Allicin (Puspitasari 2008).
Allicin dapat dihasilkan melalui proses
ekstraksi dengan mengiris dan menghaluskan umbi bawang putih, proses tersebut menyebabkan enzim allinase menjadi aktif dan menghidrolisis aliin menghasilkan senyawa intermediet asam allil sulfenat, kondensasi asam tersebut menghasilkan allicin (Hernawan&Setyawan 2003).
ekstraksi dengan mengiris dan menghaluskan umbi bawang putih, proses tersebut menyebabkan enzim allinase menjadi aktif dan menghidrolisis aliin menghasilkan senyawa intermediet asam allil sulfenat, kondensasi asam tersebut menghasilkan allicin (Hernawan&Setyawan 2003).
Selain itu, Pemanasan dapat menghambat aktivitas enzim
allinase, pada suhu di atas 60oC, enzim ini
inaktif. Alliin akan segera berubah menjadi allicin
begitu umbi bawang putih
diremas. Allicin bersifat tidak stabil sehingga mudah mengalami reaksi
lanjut, tergantung pengolahan atau factor eksternal
seperti penyimpanan, suhu dan lainlain. Perlakuan perendaman dengan ekstrak bawang
putih menggunakan pelarut aquades steril dengan suhu tempat
perendaman adalah suhu kamar biasa antara 25-27oC sehingga dapat menghasilkan
allicin sebagai zat antibakteri yang menghambat
pertumbuhan koloni bakteri sesuai dengan Hernawan&Setyawan
(2003). yang menyatakan
ekstrak bawang putih dengan
etanol pada suhu 0oC akan menghasilkan allicin, sedangkan ekstraksi menggunakan air akan menghasilkan allicin pada suhu sekitar 25oC.
etanol pada suhu 0oC akan menghasilkan allicin, sedangkan ekstraksi menggunakan air akan menghasilkan allicin pada suhu sekitar 25oC.
Allicin merupakan salah satu senyawa aktif
yang terdapat di dalam hancuran bawang putih
segar, mempunyai bermacam-macam aktivitas mikrobia. Allicin
dalam bentuk senyawa murni memperlihatkan
aktivitas antibakteri Gram positif maupun Gram
negatif, spesies bakteri yang pertumbuhannya dapat dihambat oleh
ekstrak bawang putih antara lain Staphylococcus aureus, α- & ß-Hemolytic streptococcus, Citrobacter freundii, Enterococuc cloacae, Enterpbacter cloacae, Eschericia coli, Proteus vulgaris, Salmonella enteritidis, Citrobacter, Klebsiella pneumonia, Mycobacteria, Pseudomonas aeruginosa, Helicobacter pylori dan Lactobacillus
odontyliticus (Hernawan & Setyawan 2003).
Wiryawan et al (2005) menyatakan mekanisme
antibakteri dari bawang putih dengan cara merusak dinding
sel dan menghambat sintesis protein. Allicin lebih bersifat
bakteriostatik dari pada bakterisidal, allicin memiliki permeabilitas yang tinggi dalam menembus
dinding sel bakteri dengan menghancurkan gugus S-H atau
gugus sulfihidril yang menyusun membran sel bakteri sehingga struktur
dinding sel bakteri rusak dan pertumbuhannya terhambat
(Muslim et al 2009; Miron et al 2000).
Ekstrak bawang putih memiliki kemampuan
dalam penghambatan pertumbuhan bakteri gram negatif maupun
gram positif (Hermawan & Setyawan 2003; Lingga & Rustama
2005). dan
Wiryawan (2005)
menemukan bahwa filtrat bawang putih dengan konsentrasi 10% memiliki aktivitas antibakteri terhadap S. typhimurium yang lebih besar daripada antibiotik tetrasiklin 100 µg/mL.
menemukan bahwa filtrat bawang putih dengan konsentrasi 10% memiliki aktivitas antibakteri terhadap S. typhimurium yang lebih besar daripada antibiotik tetrasiklin 100 µg/mL.
2. Uji keberadaan salmonella
Hasil pengamatan pada sampel menunjukkan
tidak terdapat adanya koloni bakteri Salmonella sp.
atau dapat dikatakan dari semua sampel perlakuan
didapatkan hasil negatif (Tabel 3) sesuai dengan standar mutu makanan
SNI 2009 yang menyatakan bahwa ikan yang bermutu baik tidak
terdapat cemaran Salmonella sp. Hasil
negatif uji keberadaan Salmonella sp. dapat
disebabkan oleh beberapa hal antara lain yaitu
tidak adanya kontaminasi Salmonella sp.
Pada
sampel ikan yang digunakan, meskipun Salmonella sp. merupakan bakteri patogen yang sering
terdapat pada ikan akan tetapi bakteri ini potensi
penyebarannya lebih rendah dibandingkan dengan bakteri
lain seperti E.coli (Azanza et al 2001;
Oscar et al 2009) selain itu juga
pertumbuhan koloni mikroba-mikroba lain juga
dapat menghambat pertumbuhan koloni Salmonella sp. dikarenakan sifatnya yang kalah bersaing
dengan mikroba lain (Widiastuti 2005).
BAB III
PENUTUP
3.1kesimpulan
3.2
Saran
Semoga
makalah ini memberi manfaat bagi pembaca umum nya dan penulis khusus
nya.Takterlepas dari kekurangan pengetahuan penulis serta pengeditan makalah
ini, kritikan dan saran yang mendukung kami harapkan dari pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Azanza MPV, MP Ortega
& RG Valdezco. 2001. Microbial quality of
rellenado milkfish (Chanos chanos, Forskall). Food
Control 12 : 365-371.
Budiman, Rachmad. 2007. Pengaruh Penambahan Bubuk Bawang
Putih pada Ransum terhadap Gambaran Darah Ayam Kampung yang Diinfeksi Cacing
Nematoda (Ascaridia Galli).Skripsi.Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor. http://repository.ipb.ac.idhandle1234567892411,
(14 Desember 2012)
Ha To. 2012. “Jenis Penyakit dan Pengobatan pada Ayam”. http://to-has.blogspot.com/2012/05/jenis-penyakit-dan-pengobatan-pada-ayam.html
(14 Desember 2012)
Hernawan UE & AD
Setyawan. 2003. Senyawa organosulfur bawang putih (Allium
sativumL.) dan aktivitas biologinya. Biofarmasi 1 (2) Agustus
2003 : 65-76
Ismail, A.Muthalib. 2002. Bawang Dalam Pengobatan Islam. Jakarta: Bumi Aksara
Lingga ME & MM
Rustama. 2005. Uji Aktivitas Antibakteri
dari Ekstrak Air dan Etanol Bawang Putih (Allium
sativum L.) terhadap Bakteri Gram Negatif dan
Gram Positif yang Diisolasi dari Udang Dogol (Metapenaeus monoceros), Udang
Lobster (Panulirus sp), dan Udang Rebon
(Mysis dan Acetes).Jurnal Biotika5 (2).
Muhammad, Kanda Yanuar. 2008. Efek Pemberian Serbuk
Kunyit, Bawang Putih dan Zink Terhadap Performa Ayam Broiler. Skripsi.Fakultas
Kedokteran Hewan,InstitutPertanianBogor (http://repository.ipb.ac.idbitstreamhandle1234567893373B08kym.pdfsequence=3,
diakses tanggal 14 Desember 2012)
Pelczar, M dan
Chan, E. 1986. Dasar-dasarMikrobiologi.
Jakarta: PenerbitUniversitasIndonesia
Puspitasari I. 2008.
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Bawang Putih (Allium Sativum
L) Terhadap Bakteri Staphylococcus
aureus In Vitro. (Skripsi). Semarang: Universitas Diponegoro.
Suririnah.
2005. BawangPutih Si Kecil Yang Ampuh.Tersedia:
Dr. Suririnah–myonnlinerecipe.com.
Syamsudin, U. 1994. BudidayaBawang.
Bandung: PercetakanBinacipta
Syaruracman,
Agus. (Eds). 1994. Buku Ajar MikrobiologiKedokteran.
Jakarta: BinapuraAksara.
Wibowo, Singgih. 2006. BudiDayaBawang. Jakarta: PenebarSwadaya
Widiastuti IM. 2005. Bakteri Patogen
pada Ikan Pindang dalam Kadar garam yang Berbeda. Jurnal
Ilmiah Santika 2 (3):279-287
Wiryawan KG, S Suharti
& M Bintang. 2005. Kajian Antibakteri Temulawak, Jahe
dan Bawang Putih terhadap Salmonella typhimurium serta Pengaruh
Bawang Putih terhadap Performans dan Respons Imun Ayam
Pedaging. Media Peternakan 28 (2):52-62
Tidak ada komentar:
Posting Komentar