Cerpen
AKU INGIN JADI PENGGALANG
Oleh :
Erunaway
Malam yang sejuk memeluk hati,
selimut berbalun hingga ke kepalaku, suara desus gemetar bibir ku menemani
enaknya tidur kala itu serasa tak ingin pagi menjelang. Mimpi terindahpun ikut
mengusik malamku, aku berlari sambil mengekang pistol di jari, membidik dan
menarik, membidik dan menarik, seakan aku dalam sebuah pertempuran yang begitu
sengit, beberapa teman berjatuhan, suara bom berisik disana dan disini. Saat
musuh memukul teman dihadapanku, akupun tercengang ketakutan, ku arahkan pistol
yang baru saja aku kekang padanya, namun tangan ku sakit karena pukulannya,
pistolku terpental ke dinding gedung yang tinggi itu.
Dia memukul kepalaku
dengan keras hingga berdarah, aku berdiri dan menyerangnya balik, namun
sasaranku tidak tepat, ya karena aku kan bukan anggota karate yang di ajak
berkelahi. Berkali-kali pukulan mendarat di kepala dan perut serta kaki ku yang
rasanya ingin patah, tiba-tiba ada suara sirine menjelma, seperti suara mobil
polisi, orang itu makin keras menendang perutku, lalu meninggalkanku dengan
rintihan yang merasuk ke jiwa ku, rasanya malaikat maut pun sudah mampir
menunggu mencabut nyawaku. Lalu dari kejauhan aku melihat beberapa orang yang
datang dengan pistol di tangannya membidik sasaran, aku rasa itu polisi yang
datang menolong, mereka menangkap beberapa orang, lama kelamaan pandanganku
kabur, orang-orang itu makin mendekat, dan suara sirinenya makin keras. Terdengar suara yang memanggil namaku.
“Aini, Bangun!” ..
“Wake Up, Aini”..
Suara itu makin
keras memanggil dan badan ku yang sakit serasa di goyang-goyangkan oleh mereka,
dengan suara sirine yang semakin keras berdengung di telingaku. Aku ingin
menjerit karena memekak telinga, penglihatanku tidak jelas, mataku seperti
tertutup padahal terbuka lebar, kabur ku lihat semua yang ada, aku berdiri
perlahan dan menghindar dari panggilan yang memekak telingaku itu, aku mundur
dan mundur, lalu kaki ku yang lemah tersandung dan aku terjatuh dari grdung
yang tinggi itu, namun teriakan mereka memanggil namaku semakin keras saja dari
atas gedung, dan suara sirinenya makin
bising. Aku pun menjadi tersentak.
“Aini, Bangun!.. ini
sudah jam 06.15 wib. Nanti terlambat kesekolah, cepat mandi nanti tempat
tidurnya bereskan sepulang sekolah saja.” Teriak kak Imut membangunkan ku pagi
itu.
Aku pun duduk dengan segera,
ternyata aku sudah berada di lantai. Rupanya mimpiku begitu seru hingga aku
terjatuh dari tempat tidur, aku pun mengambil Hp yang ada di bawah bantalku dan
mematikan Alarm nya, ternyata suara sirine menjelma dari alarm Hp ku. Dengan
segera aku melompat ke kamar mandi dan bersiap-siap ke sekolah. Mimpi itu
serasa nyata di fikiranku, sudah mandi pun aroma nya masih terasa saja. Jam
07.00 aku berlari ke pintu menghampiri kak imut dan papa yang sudah ada di
mobil dan berangkat ke sekolah. Sepanjang perjalan aku ayik teringat mimpi itu
saja. 15 menit di perjalanan aku sampai di sekolah, lalu ku buang jauh mimpi itu
saat menapaki gerbang sekolah, aku hampir saja terlambat. 5 menit setelah itu
pembiasaan pagi di kelas pun segera berlangsung, kami muraja’ah hafalan
Al-Qur’an.
Aku kelas 5 Sekolah
Dasar Islam terpadu sekarang, aku punya banyak teman, teman-temanku sangat
senang kepadaku, mereka selalu memahami aku seperti aku memahami mereka, aku
seperti ketua nya jika kami sedang bersama, karena setiap keputusan mau pergi
kemana, mau makan apa, dan apa pun selalu keputusanku yang di tunggu-tunggu,
itu lah kelebihanku. Aku pun menceritakan mimpi ku itu kepada teman-temanku,
sontak saja tidak satu pun dari mereka yang mengerti apa yang aku ceritakan,
malah mereka berfikir aku baru saja menceritakan sebuah film yang aku tonton
semalam. Akhirnya, waktu istirahat itu berisi dengan cerita tentang mimpi yang
di alami semalam.
Sepulang
sekolah kami berjalan melewati tepi jalan raya yang penuh dengan pohon rindang.
Rencananya kami mau ke Gramedia sepulang sekolah, ku sudah bilang sama papa
untuk di jemput di rumah salah satu temanku,kayla. Di perjalan itu kami melihat
ada beberapa tenda berdiri di lapangan olahraga seberang jalan, ada beberapa
anak sedang melakukan kegiatan, kami menyeberang karena penasaran. Aku melihat
ada beberapa kelompok sedang di hukum scoutJump, ada kelompok yang sedang
melakukan PBB, ada yang bersih-bersih, dan ada yang sedang joging, kami senang
melihatnya, naluriku menjadi aneh, jantungku berdebar melihatnya. Aku memandang
sambil berjalan, aku melihat spanduk yang terpampang di dekat pagar yang mereka
buat. Ternyata kelompok anak yang sedang melakukan latihan pramuka.
Sampai di gramedia,
kami bersorak, “Yee sampai juga”,,
kami pun lekas
berlari ke rak buku paling pojok di lantai 2, ada pojok komik dan cerita
dongeng disana. Kami memilih-milih beberapa buku yang paling seru. Tiba-tiba
mataku tersorot pada rak adventure di sebelah rak yang kami nikmati. Disana ada
buku yang berjudul “Scouting for boys’. “Ini buku apa ya? Sepertinya seperti
buku penjelajah saja terlihat dari covernya.” Fikirku dengan seksama, batinku
tertarik untuk memliki buku itu dan aku pun mengambilnya. Setelah selesai
memilah kami pun segera pulang agar tidak kehabisan waktu di jalan, di tambah
dengan hati yang senang karena dapat buku baru, kami bergegas menuju halte.
Tidak lama bus trans di kotaku pun
datang kami naik dengan segera, dan
membayar ongkos Rp.2500 untuk anak sekolah. Kami tersenyum dan bercerita di
sepanjang perjalanan. Sesampainya di rumah kayla, kami pun membongkar-bongkar
buku baru kami dan membacanya bergantian sambil kami membahas isi cerita di
buku itu. Tertawa riang bersama ketika ada slot yang lucu, ataupun cara membaca
teman yang tidak sesuai dengan isi cerita, maupun gaya mereka yang aneh-aneh
saat menceritakannya. Keseruan hari ini begitu terkesan, dalam heningnya tawa
teman-temanku aku menjadi terfikir, anehnya kejadian hari ini, dengan mimpi
terus melihat anggota pramuka yang latihan, lalu dengan buku scouting for boys
di rak adventure, aku berfikir
“Ah, Gila kali yaa!”
“tut,tut,tut,tut....” suara mobil
papa menjemputku. Aku pamit kepada teman-teman, ternyata hari sudah menunjukkan
pukul 17.00 wib. Aku pulang dengan senang hati. Sampai di rumah aku mandi dan
bergabung bersama kak imut di ruang santai, ternyata kak imut sedang menonton
film “The Up” yaitu cerita petualangan seorang kakek tua yang ingin pergi
puncak apa lah nanmanya itu, dengan membawa rumahnya dengan balon, kemudian di
temani oleh anak kecil carl fredhricksen seorang anggota pramuka terpisah dari
rombongan menemani kakek dalam petualangannya dan mendapatkan lencana di akhir
kisahnya. Kami bersantai sambil minum teh buatan mama dengan resep rahasia
katanya, aku menceritakan semua mimpi dan kejadian hari ini kepada mama dan
papa juga kak imut. Mereka tertawa mendengar ceritaku, aku pun jadi marah dan
kembali ke kamar sambil memeluk Mochi boneka kesayanganku yang di beli papa di
Bazar tahun baru kemaren.
Mama datang menenangkan ku. “sayang,
ma’afin mama yaa,, mama tidak mengejek kok, mimpinya seru sekali, dan di
bayangi oleh kenyataan, makanya jadi tambah seru, dan mama tertawa karena
bahagia, anak mama nantinya akan jadi orang hebat nih, karena mimpinya saja
bisa jadi kenyataan. Iya kan,, sini mama peluk”.
Aku pun menjadi
senang saat mendengar penjelasan mama dan aku pun mulai bahagia lagi. Aku pun
mengerjakan Pr dan membuat rangkuman cerita yang ada di buku tematik untuk di
kumpul besok kepada zah Putri. Aku tidur pukul 09.00 wib, dan tidak bermimpi
seperti kemaren malam.
Aku pergi ke sekolah tepat waktu dan
belajar dengan penuh semangat karena Pr ku selesai dengan baik. Zah Putri wali
kelasku begitu senang dan aku mendapat nilai 100. Usai pelajaran wali kelasku
menyampaikan pengumuman, bahwa akan ada pembentukan penggalang putra dan
penggalang putri di sekolahku, anggotanya yang akan di pilih hanya 10 orang. Aku
bertanya-tanya, penggalang itu apa sih. Dan apa saja kegiatannya, “melelahkan
atau tidak yaa?” fikirku sejenak. Zah Putri pun menceritakan sedikit tentang
penggalang dan kegiatannya, membuatku menjadi sedikit tertarik, dan zah putri
pun memberi waktu satu minggu untuk memikirkannya.
Sampai di rumah aku menceritakannya
kepada mama dan papa, lalu papa dengan semangat menyarankanku untuk ikut,
berbeda dengan mama yang seolah sudah mengenal lebih jauh apa itu penggalang.
Mama tidak mengizinkanku, katanya kegiatan itu berbahaya, karena nanti akan ada
acara masuk ke hutan menjelajah, pergi menolong di tempat bencana seperti
tempat yang terkena banjir, melewati sawah-sawah becek yang ada lintah, dan
sebagainya, mama khawatir dengan kesehatanku, tapi papa mengatakan
“tidak apa-apa ikut
saja, disana banyak pengalamannya, nanti Aini bisa menjadi anak mandiri,
tangguh, berani, dan pantang menyerah, nanti Aini bisa jadi anak hebat dan
lebih hebat dari kak Imut.”
Jawaban papa membuatku
semangat, dengan marah kak Imut karena papa bilang aku akan lebih hebat dari
dia. Kemudian aku teringat pada buku yang aku beli kemaren dan segera
membacanya. Isi bukunya membuatku semakin ingin untuk ikut menjadi anggota
pramuka.
Ke esokan harinya,
tanpa menunggu waktu satu minggu, aku pun segera mendaftar kan diri kepada zah
Putri, dengan mengisi formulir yang di berikannya, ada beberapa pertanyaan yang
aku tidak bisa menjawab, seperti pertanyaan
“Apa motivasi kamu bergabung
dengan pramuka SD IT ...?”
“Apa kontribusi yang akan
kamu berikan jika terpilih menjadi penggalang pramuka SD IT...?” dan ada lagi,
lalu zah Putri pun memberikan gambaran yang begitu baik kepadaku hingga
akhirnya aku selesai mengisi formulir. Zah Putri mengatakan ini baru proses
pendaftaran, dan akan diadakan seleksi setelah mendaftar, karena Pramuka itu
hanya untuk anak-anak HEBAT, dan hanya orang-orang yang terpilih yang dapat
menjadi anggotanya. Aku pun semakin tertantang di buatnya.
BERSAMBUNG
..............
Bagaimanakah
Aini menjalankan seleksi anggota penggalang di sekolahnya?
Dapatkan Aini
terpilih menjadi seorang penggalang ?
Bagaimana keseruan
hari pertama Aini masuk hutan ?
Nantikan kisah
selanjutnya dalam
cerpen
“Aini Yang Terhebat se antero Jagad,
kata
Papa”
SALAM PRAMUKA........